Duhai wanita mana yang tidak memimpikan hadirnya seorang pendamping yang
lemah lembut dan penuh kasih sayang dalam mengarungi bahtera cinta
dalam rumah tangganya. Dinaungi sejuknya ‘ilmu syar’iy, manisnya iman
disebabkan mencintai karena Allooh Ta’ala dan melewati hari-hari bersama
suaminya dengan canda tawa dan snyum bahagia. Sungguh semua wanita di
dunia, tak terkecuali wanita kafirpun akan merindukan suasana rumah
tangga yang demikian.
Namun Allooh Ta’ala telah menetapkan
jodoh masing-masing manusia, seorang wanita tidak bisa memilih bahwa dia
akan menjadi bagian dari tulang rusuk seorang lelaki yang lembut dan
penyayang, namun hendaknya wanita tadi selalu meyakini bahwa jodoh yang
telah diberikan Allooh Ta’ala kepadanya adalah jodoh yang terbaik dan
paling bermanfaat bagi dirinya. Maka hendaknya dengan menunggu datangnya
pemilik tulang rusuk tadi untuk mengkhitbah dirimu, hendaknya seorang
wanita yang masih lajang berusaha memperbanyak menuntut ‘ilmu syar’iy
dan berusaha menjadi seorang wanita yang sholihah, karena kelak ia akan
menjadi sebaik-baik perhiasan rumah tangga suaminya.
Dari
Abdulloh bin ‘Amru rodhiyalloohu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik
perhiasan dunia adalah istri yang sholihah.” [HR. Ibnu Hibban, no. 4033]
Maka dengan berbekal kesholihah-annya seorang wanita akan mampu
mengarungi rumah tangga dengan seorang suami yang memiliki temperamen
apapun, baik lemah lembut atau yang pemarah, tentunya seorang suami
tersebut adalah ahlus sunnah yang memiliki manhaj yang lurus yang
mengikuti jejak salafush sholih dalam agamanya. Namun hendaknya seorang
wanita memahami bahwa lelaki itu memiliki watak yang berbeda-beda, ada
yang kasar, pemarah, mudah tersinggung dan tegas dalam rumah tangganya,
dan ada pula yang lembut, perhatian dan penuh kasih sayang.
Jika mendapatkan seorang suami yang lembut dan perhatian maka biasanya
tidak banyak masalah yang terjadi, namun ketika Allooh Ta’ala
mentakdirkan calon suami anda adalah seorang yang terperamen emosinya
mudah naik dan berkata-kata kasar, padahal sifat dasarnya adalah
penyayang dan lembut, namun kadang karena sesuatu hal dia mudah marah
dan emosi, maka hendaknya sang istri dengan berbekal ‘ilmu syar’iy dan
kecerdasannya mampu mengatasi itu semua, dan menggunakan emosi suaminya
sebagai senjata terbaik dirinya untuk mendapatkan kasih sayang lebih
dari suaminya. Mampukah itu dilakukan???
Mampukah merubah
kemarahan dan emosi suami menjadi senjata ampuh yang berbalik
menguntungkan sang istri dan membuat suami lebih mencintai istri,
sehingga suami membuat bait-bait sya’ir cinta untuk sang istri?
Sepertinya memang sangat sulit dilakukan, bahkan penulis pernah
mendapatkan kata-kata dari seorang ustadzah muda yang sedang ta’aruf dan
mengetahui calon suaminya (yang menurut pengakuannya) adalah seorang
pemarah, dia sendiri mengatakan, “Jika calon suami ana seorang pemarah,
dan ana juga punya temperamen pemarah, bisa setiap hari nanti perang
kalau sudah menikah!
Memang tidak mudah wahai saudariku, namun
pahamilah bahwa semua itu bisa dilakukan, jika engkau benar memahami
‘ilmu syar’iy dan berniat kuat serta bersungguh-sungguh untuk menyusun
sebuah rumah tangga yang sakinah. Lalu apa rahasianya ketika suami-istri
menjumpai permasalahan yang demikian? Ketika sang suami suka marah dan
sering marah-marah akan suatu hal yang kecil, mampukan semua sifat itu
berubah dengan kecerdasan sang istri, tentunya dengan do’a yang baik
kepada Allooh Ta’ala, bagi pemimpin rumah tangganya itu. Maka aku
menjawabnya, “InsyaAllooh engkau mampu untuk melewati itu semua! Berbaik
sangkalah kepada Allooh Ta’ala jika memang dia adalah jodohmu!”
Rahasia itu…
Ketika suami anda marah, dan dia seorang lelaki yang mudah emosi,
hendaknya anda wahai para istri, mencari perlindungan dengan berdiam
diri dan tetap diam di ahdapan suami anda yang sedang marah dengan penuh
penghormatan dan menerima setiap kata-katanya, namun jangan sekali-kali
berdiam diri dengan diiringi pandangan penghinaan, mengejek, atau
pandangan marah meski hanya dengan kedipan mata. Karena suami anda
adalah seorang suami yang cerdas dan sangat memahami anda. Maka
hendaknya engkau tetap diam dengan ketaatan dan pancaran mata menyesal
serta kasih sayang dihadapannya, terlepas engkau meyakini bahwa dirimu
benar atau tidak. Hendaknya engkau tetap diam dihadapannya dan jangan
membantah sedikitpun perkataannya.
Janganlah engkau keluar dari
tempatmu berdiam, karena suami anda akan menduga bahwa anda melarikan
diri dan tidak ingin mendengarkan perkataannya, maka dia akan semakin
membenci anda dan semakin besar berkobar amarahnya. Maka anda harus
tetap diam, sambil menyetujui perkataannya sampai dia lelah kehabisan
kata dan merasa lebih tenang. Baru kemudian anda sampaikan kepada suami
anda, “Apakah saya dizinkan untuk keluar?”
Jika suami anda
tidak mengizinkan anda keluar, maka tetaplah berada dalam posisi anda
dan jangan membantahnya, namun jika anda diizinkan keluar, maka
keluarlah anda dari posisi tadi dan biarkan suami anda beristirahat
sejenak, karena suami anda lelah dan memerlukan istirahat setelah banyak
berbicara dan berteriak. Hendaknya anda tetap melanjutkan pekerjaan
rumah anda serta mengurus anak-anak, dan biarkan suami anda terdiam dan
menerungi setiap perkataannya dalam kondisi “sudah menuntaskan
peperangan yang diluncurkan kepada anda…”
Selain itu janganlah
anda memboikot suami anda dengan tidak mengajaknya berbicara, jangan
lakukan hal itu! Itu adalah kebiasaan buruk, juga senjata yang memiliki
dua mata yang sangat tajam. Ketika anda wahai para istri memboikot suami
anda selama seminggu misalnya, bisa jadi pertama kalinya suami anda
akan sedikit mendapat kesulitan dan berusaha mengajak anda bicara.
Tetapi dengan berjalannya hari, suami anda akan terbiasa dengan boikot
anda, malah jika anda memboikotnya satu minggu, maka suami anda akan
memboikot anda selama dua minggu, pada saat itu, kalian para istri yang
akan menanggung akbibat buruk dari senjata kalian tadi.
Seharusnya anda para istri, mengajarkan kepada suami anda, bahwa anda
adalah udara segar yang dihirupnya, air yang dimunimnya, yang suami anda
selalu merasa membutuhkan anda. Jadilah seperti angin yang lembut
baginya, dan janganlah menjadi angin yang bertiup dengan sangat keras.
Dua jam setelah anda sibuk dengan pekerjaan rumah dan membiarkan suami
anda diam merenungi kesalahannya saat marah-marah tadi, maka buatkanlah
suami anda minuman, segelas jus atau secangkir the. Katakan kepadanya
dengan lembut untuk meminumnya, anda harus membuatkan minuman baginya
karena memang suami anda lelah dan kering tenggorokannya karena
marah-marah dan berteriak tadi. Berbicaralah kepadanya dengan sikap
normal, seakan-akan tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Maka dapatilah
suami anda akan memandang heran kepada anda, suami anda akan takjub dan
merasa bersalah, kadang suami anda akan memulai berbicara, “Apakah
engkau marah wahai istriku?” Maka jawablah, “Tidak! Aku tidak marah
wahai suamiku, engkau telah mengucapkan banyak hal yang benar, mungkin
aku telah khilaf berbuat kesalahan tanpa aku sadari, maka didiklah aku
dengan lembut, didiklah aku dengan kasih sayangmu…”
Maka
dapatilah suami anda akan meminta maaf atas ucapan-ucapan kasarnya dan
mulai mengungkapkan hal-hal yang indah tentang anda, pada saat itu,
peluklah dia erat dan berikanlah perlindungan akan kegalauan dan
kesedihannya, dan hendaknya anda juga minta maaf kepadanya, walaupun
anda meyakini bahwa anda berada di pihak yang benar.
Maka
terimalah permintaan maaf suami anda itu dan janganlah menjadi wanita
yang bodoh yang merasa di atas angin kemudian balas mencercanya.
Hendaknya kalian wahai para istri, tidak mengambil sedikitpun dan
janganlah memasukkan dalam hati celaan suami di kala marah, karena itu
bukan isi hatinya yang sebenarnya.
Bukankah engkau mengetahui
bahwa talak dalam keadaan marah pun ditolak hukumnya? Maka janganlah
menjadi istri yang buruk yang membenarkan perkataan suami di saat marah
dan mendustakan kata-kata suami di saat marahnya sudah mereda.
Maka janganlah ada istri yang sampai memiliki pikiran, bahwa kehormatannya diinjak-injak suaminya, ketahuilah!
Kehormatan anda wahai para istri yang sukses, yaitu jika anda tidak
membenarkan ucapakan kasar suami anda yang melukai hati anda saat suami
marah.
Tetapi engkau membenarkan ucapan suami anda ketika marahnya sudah mereda. Itulah kehormatan dirimu.
………………………….
Apakah engkau mampu melakukan itu semua wahai para istri, seberapa
penting rumah tangga kalian bagi diri kalian? Seberapa besar rasa cinta
kalian kepada suami kalian?
Bukankah anak-anak juga
mendapatkan hak ketenangan dalam rumahnya, bagaimana mungkin anak-anak
bisa tenang jika Bapak dan Ibunya bertengkar dengan suara yang
bersahutan? Apalagi sampai ada piring terbang atau kucing terbang???
InsyaAllooh engkau bisa melakukannya wahai para istri, do’aku bagi
rumah tangga kalian semua wahai kaum muslimin, agar kalian dianugerahi
rumah tangga yang sakinah mawaddah warrohmah. Aamiin....
https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=507912942635129&id=233607356732357¬if_t=notify_me
Tidak ada komentar:
Posting Komentar