Jika airmata memang bisa tepiskan
duka,maka Menangislah. .
Jika kata-kata memang bisa
menghapus luka,maka Bicaralah. .
Jika malam hening memang bisa
mengusir gundah,maka Tahajjud lah. .
Jika ternyata memang tak ada yg
bisa mendiamkan gelisah jiwa,
maka berDo'a lah. .
Pernahkah engkau mendapatkan
pujian dari seorang yg Buta,
yg sama sekali tak pernah
melihat kecantikan parasmu. .
Pernahkah engkau mendengar
kata cinta dari seorang Bisu,yg
tak mampu untuk
menyampaikannya lewat Lisan. .
Pernahkah engkau merasakan
Belaian kasih sayang dari seorang
Cacat,yg bahkan tak mampu
menyentuhmu dgn jemarinya. .
Pernahkah engkau mendapat
pesan gembira dari orang yg
engkau abaikan,yg bahkan
selalu memikirkanmu. .
Cinta dan Sayang tak bisa dilihat dari
kesempurnaan Pandangan,
Penglihatan dan Sentuhan,
Cinta Sejati adalah dia yg pernah
menangis menahan rindu
untukmu. .
Aku tak mencintaimu dgn kata
yg bisa berdusta,aku
mencintaimu dgn bukti dan
rasa.
Aku mendengarmu tidak dgn
telinga yg apabila jarak jauh
menjadi tak terdengar,
tapi aku mendengarkanmu
dengan Rasa Dalam Pejaman Mata.
Aku tak melihatmu dgn kedua
mata ini,yg takkan bisa
melihatmu yg terhalang sejauh
mata memandang,aku melihatmu
dalam ingatan dan kenanganku.
Dalam Do'a-Do'a yg ku lantunkan
pada_NYA. .
Ya Rabb. .
Jaga lah dia selalu untukku bila
penjagaanku tidak sampai
kepadanya. .
Aamiin. .:-)
Abi Mansur AL Maturidi
Bismillahirrahmanirrahim ^^ "Ya Allah,janganlah Engkau hukum aku dengan sebab (pujian) yang mereka ucapkan, dan ampunilah aku dari (perbuatan dosa) yang tidak mereka ketahui (dan jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka sangka)" (HR. Bukhari)
Sabtu, 28 Desember 2013
Senin, 16 Desember 2013
Ketika..

TAPI....
Ketika seorang remaja putri memakai pakaian yang ketat dan pendek,juga memakai kosmetik yang 'wOow',maka terihat banyak pemuda yang begitu senang melihatnya.
♚ Dari situ banyak yang perlu kita pelajari , salah satuny a:
"barang yang murah banyak yang melihatnya.sedangkan barang yang mahal tidak akan dilihat kecuali oleh mereka yang memang ingin membelinya.
fb : ISTRI SHOLEHAH CALON RATU BIDADARI SYURGA.
Selasa, 10 Desember 2013
Cinta Yang Mengubah Duniaku
By : Bayu Adhitya, Bandung

Saat masuk SMA, saya bertekad untuk tidak
berpacaran. Kalau harus menyukai seseorang gadis, saya harus yakin bahwa dia adalah
wanita yang kelak jadi istri saya, teman hidup saya. Kalau saya belum yakin, saya
akan menutup hati rapat – rapat.
Pada hari pertama masuk SMA, semua murid
dikumpulkan di lapangan basket sekolah. Seorang kakak kelas memberitahu bahwa saya
masuk di barisan 1 – 3. Saya pun bergerak munuju barisan yang dimaksud. Wajah –
wajah yang tidak saya kenal memenuhi barisan itu. Saya berdiri paling depan, membuat
mata saya sulit mengenali wajah – wajah asing di belakang.
Hingga akhirnya, saat ada kesempatan menoleh
ke belakang dan mencoba mengamati teman – teman satu barisan, saya melihat seorang
gadis berjilbab panjang yang sangat menarik hati. Keanggunan tergambar dari teduh
tatap matanya, keindahan tampak dari seulas senyum simpulnya.
Bergetar hati saya. Itu hanya sepersekian
detik, tapi cukup membuat dunia saya seakan berhenti berputar. Matahari yang ada
di puncak langit seakan enggan turun ke cakrawala. Awan yang bearak pelan seakan
memilih diam di tempatnya. Seumur hidup, belum pernah saya merasakan saat – saat
seperti itu ; sepersekian detik yang hingga kini dan selamanya akan selalu saya
kenang.
Saya berhasil melewati hari yang paling
berbeda dalam hidup saya itu tanpa banyak masalah. Namun, keesokan harinya, perasaan
– perasaan yang tak biasa tiba – tiba datang. Kadang sangat senang, kadang sangat
cemas. Kadang merasa tenang, tapi lebih sering terlihat blingsatan. “Ya Allah, kok
gini ya ? Perasaan saya kok jadi aneh ya ?” Saya bertanya – tanya dalam hati. Celakanya,
gadis yang membuat posisi jantung saya seakan tertukar dengan paru – paru itu harus
saya lihat lagi. Lagi dan lagi, setiap hari, karena kami ternyata satu kelas.

Mamat Hidayatullah, teman yang pertama saya
kenal dikelas dan kemudian menjadi sahabat yang paling menyenangkan untuk tempat
curhat, berkomentar ketika tahu gelagat orang kasmaran dalam diri saya.
“Perempuan berjilbab kayak gitu mah sukanya sama anak pinter, sholeh, baik. Bukan
sama vokalis band kayak kamu! Rambut acak – acakan, baju di keluarkan.”
Kuping saya seperti tersengat lebah hutan.
Tapi, itu ada benanya. Akhirnya, saya memutuskan untuk berubah. Saya ingin jadi
orang yang lebih baik. Kalau diingat – ingat, mungkin ini yang dibilang
motivator – motivator dengan istilah memantaskan diri.
Meski niatnya salah (maklum, waktu itu saya
masih terbelakang soal agama), saya mencoba menjadi anak baik seperti saran sahabat
saya itu. Saya pun memberanikan diri untuk mengambil formulir Rohis. Ya, vokalis
band ini daftar jadi anak Rohis. Saya masih ingat, waktu saya dating ke ruangan
Rohis, ketuanya kaget bukan main. Angin mana yang membawa saya ‘nyasar’ hingga memilih
jadi anak Rohis?! Tapi, pas hari pertama kegiatan Rohis saya ikuti, benar ternyata
firasat saya. Gadis incaran saya itu juga masuk Rohis. Yess!!!
Proses pemantasan diri itu saya jalani dengan
penuh semangat. Terbayang di benak saya bisa mengambil hati gadis berjilbab itu.
Di kelas, saya jadi anakyang paling aktif bertanya (biar kelihatan pintar), kegiatan
Rohis tidak pernah bolos, bahkan saya juga menginap di rumah ketuanya (biar jadi
anak sholeh), nge-band tetep jalan, tapi sambil coba – coba bernasyid ria (biar
tetep eksis). Pokoknya, waktu itu saya jadi anak ‘hiperaktif’. Padahal, pas SMP
saya biasa – biasa saja, sama sekali tidak aktif dalam kegiatan apapun, malah tukang
bikin rebut di kelas (ini namanya aktif juga nggak ya?).
Tak terasa, setelah setahun proses pemantasan
diri itu saya jalani, terjadi perubahan besar yang tidak saya sadari. Saya yang
tidak pernah juara kelas jadi rangking satu di kelas, tidak hanya sekali, tapi tiga
caturwulan berturut – turut. Malah, kebiasaan juara satu ini keterusansamapi kelas
tiga. Saya juga semakin sering terlihat di masjid. Shalat jama’ah selalu saya ikuti,
majlis taklim tak pernah ketinggalan. Kegiatan apa pun yang diadakan Rohis bias
tidak sah kalau tidak saya hadiri (hehe, becanda!). Meski begitu, kegiatan saya
nge-band tetap jalan, tapi dengan sedikit penyesuaian.
Saya menikmati semua yang saya lakukan,
sambil berharap dia tertarik pada saya. Tapi, dia memang orang super cuek yang pernah
saya tahu. Itu membuat saya semakin penasaran. Saya lalu Istikharah, dan hasilnya
saya semakin yakin dia memang jodoh saya. Namun anehnya, tak berselang lama hati
saya dilanda ketakutan. Karena merasa ingin segera memiliki, saya takut terjebak
dalam cinta yang salah. Saya sadar, saya harus bias mengendalikan perasaan.
Saya sangat bersyukur dengan perubahan
yang terjadi dalam diri saya. Saya punya image baru. Saya dikenal sebagai anak
yang pintar, aktif berorganisasi, dan vokalis band. Lengkap.. waktu itu, saya sudah
bias menciptakan lagu sendiri dan saya nyanyikan disekolah. Beberapa lagu bahkan
ada yang menyabet juara dalam perlombaan, meski kebanyakan lagu cinta. Namun, pelan
– pelan saya memutuskan untuk stop main band. Saya ingin focus mendirikan grup nasyid,
karena saya merasa sudah lebih baik dalam memahami ajaran Islam. Saya mulai mengenal
Islam dengan baik, menikmati kedekatan dengan Allah SWT, dan saya semakin aktif
dalam kegiatan Rohis. Puncaknya, saya dicalonkan sebagai ketua Rohis. Celakanya,
saya terpilih!!!
Saat menjadi ketua Rohis, saya semakin sibuk
dengan kegiatan keislaman. Dan Alhamdulillah, saat saya diberi amanah menjadi
ketua, Rohis sekolah kami mendapat predikat Rohis terbaik se-kabupaten. Itu adalah
prestasi pertama yang sangat membanggakan bagi Rohis sekolah kami, karena sebelumnya
belum pernah kami mendapat predikat semacam itu.
Saat kelas dua, saya pernah memberanikan
diri menyampaikan perasaan saya kepada gadis itu. Saya yakin, kalau hanya menyampaikan
perasaan sih boleh – boleh saja. Saya juga sampaikan bahwa saya punya niat yang
serius dengan maksud itu. Saatnya nanti, saya ingin menikahi dia. Kalau ingat hal
itu, saya ingin tertawa sendiri. Anak sekecil itu berani – beraninya !
Memantaskan diri dimata gadis itu sudah
saya lakukan. Yang saya lupakan adalah memantaskan diri di hadapan Allah SWT. Astaghfirullah…
di titik kesadaran itu, saya tertunduk malu dan menangis memohon ampun kepada-Nya.

“Ya Allah, aku sangat yakin bahwa janji-Mu
adalah benar, bahwa rencana-Mu lah yang terbaik. Jika dia jodohku, jaga dia dalam
kebaikan, dan pertemukan kami kembali di waktu yang tepat untuk bersatu. Jika dia
bukan jodohku, aku yakin Engkau sudah mempersiapkan seseorang yang lebih baik
untukku.” Demikian do’a saya saat itu. Bagaimanapun, saya tetap mencintai dia. Hanya
saja, saya merasa cinta saya lebih tulus dan ikhlas.
Saat masih baru tinggal di Bandung, saya
sering membaca do’a ini, sambil membersihkan hati dari remah – remah kotoran
yang tersisa. Alhamdulillah, beberapa bulan tinggal di Kota Kembang itu,
saya sudah nyaman dengan segala aktivitas saya. Tahun kedua dan ketiga kuliah, saya
benar – benar melupakannya. Apalagi, aktivitas saya semakin menumpuk: bisnis kecil
– kecilan untuk menutup biaya kuliah, jadi ketua organisasi di Kampus, nyanyi dan
menulis lagu, dan mengejar prestasi akademik biar dapet beasiswa. Alhamdulillah,
semua bias saya lakukan dengan baik. Saking senangnya dengan Bandung dan aktivitas
saya kala itu, pernah saya berfikir mencari calon istri di Bandung saja. Saya memang
berniat menikah muda. Jadi, saya mencoba membuka hati pada siapapun. Bumi Allah
kan luas, hehe . kalaupun di masa lalu ada harapan, harapan itu sudah saya ikhlaskan.
Selama tinggal di Bandung, saya sering meminta
ibu agar dido’akan, dimintakan kelancaran dalam semua hal, termasuk urusan jodoh.
Ibu saya seorang ahli tahajjud. Saya yakin do’a beliau di sepertiga malam terakhir
didengan oleh Allah SWT.
Suatu hari, ditengah aktivitas saya
yang padat, saya menerima SMS dari seseorang : Nia Agustiani. Jantung saya seakan
melompat keluar! Seseorang dari masa lalu kembali. Wanita yang pernah sangat saya
kagumi itu mengaku menemukan kontak saya melalui Friendstar (Facebook atau
Twitter belum lahir, ketahuan deh kira – kira umur saya berapa). Kami lalu saling
kontak via handphone. Saat itu, saya sudah di penghujung masa kuliah dan
kebetulan belum menemukan seseorang yang saya yakini bias menjadi istri yang shalehah.
Begitu juga dia, belum menemukan seseorang yang bisa membuatnya yakin untuk menjalani
hidup bersamanya.
Inilah scenario Allah SWT. Hanya Dia
yang bias menjaga hati seperti itu…
Setelah lulus kuliah, saya beranikan diri
untuk mengungkapkan kembali niat lama yang pernah saya katakana padanya. “Saya masih
ingin kamu menjadi istri saya, ibu dari anak – anak saya nantinya.” Do’a kami terjawab.
Kami akhirnya di persatukan oleh Allah dan menikah pada tanggal 18 Oktober
2008, tepat usia kami 23 tahun.
The End … ^_^
Dari buku Dream&Pray
Langganan:
Postingan (Atom)